Selasa, 20 November 2012

curhatan seseorang yg memiliki cinta tak terbalas

Sepi. Mungkin inilah yang ia rasakan selama ini. Pasca kepergian kakaknya ke kota, yang kebetulan yang tinggal di rumah hanya mereka berdua.

Aku masih ingat ekspresi itu. Ekspresi yang menggambarkan kebahagiaan yang seolah tak ada tandingannya. Ya, kebahagiaan karena mendengar pujaan hatinya tak jadi pindah sekolah. Memang, pujaan hati yang dimaksud itu tak mengerti sedikiy pun bagaimana perasaannya padanya. Lelaki itu hanya menganggapnya teman. Tak lebih. Ia sangat senang, walaupun tak jadi bagian dari kehidupan lelaki itu. Ah, sebut saja Fiko. Tetapi ia tetap berusaha menjaga kedekatan itu, dengan tidak
menodainya, atau pun memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia suka pada si Fiko. Sedikit pun.
Hingga suatu hari, mereka tak sengaja mendapat proyek yang sama. Ya, tepatnya mereka mendapat tugas dari seorang guru di mata pelajaran yang sama. Walaupun bukan satu kelas, Tapi mereka selalu kompak. Mereka berjalan menuju perpustakaan, ingin mewawancarai guru penjaga perpustakaan, katanya. Pasalnya mereka ditugaskan untuk membaut features, yang harus mengangkat tema di antaranya UKS, BK, Koperasi, dan Perpustakaan. Dan menurut mereka opsi yang paling tepat adalah Perpustakaan. Mengapa ? Mungkin karena mereka sama-sama memiliki hobi yang sama. Yaitu membaca dan menulis.
Sesampainya di Perpustakaan, buku pertama yang ia (sebut saja Fika) ialah Sang Priyayi. Setelah ia baca sejenak, sepertinya buku itu tak cocok untuknya. Terlalu tua mungkin. Ia berjalan menuju rak buku bertuliskan "PENGETAHUAN". Otomatis, buku yang ia comot pertama kali ialah Rumus-rumus Fisika. Oh ya, tak berbeda jauh dengan Fika, Fiko juga tengah sibuk mencari buku yang diinginkannya. Yap, sebuah novel berjudul "LANANG" telah berhasil ia genggam dalam waktu yang sangat singkat. Kira-kira 1 menit.

Loh, kok jadi ngelantur ?

Ah, lupakan.
Kita kembali ke masalah utama.
Sebenarnya, Fika telah menyimpan rasa terhadap Fiko sejak pertama kali mereka bertemu. Tepatnya saat MOS. Kebetulan mereka tinggal satu kelas saat MOS. Terang saja, mereka cepat sekali akrab, walaupun sekarang sudah tidak lagi satu kelas. Fika memang anak yang tertutup, tiap kali ada masalah tak pernah ia buka suara kepada siapa pun. Terlebih urusan cinta dan perasaan.
Waktu terus berjalan, namun tak juga ia temukan jalan keluar yang tepat untuk menyelesaikan masalah hati yang tengah ia alami kini. Yah, begitulah Fika. Ia hanya diam, tak bersuara. Kebiasaan yang sulit ditebak apa maksudnya.
Fiko, seorang laki-laki tinggi nan tampan yang telah menjadi idaman di sekolah Fika diam-diam sudah mempunyai pujaan hati. Awalnya Fika hanya mendengar berita itu dari teman-teman sekelasnya. Namun akhirnya ia mendengar sendiri dari bibir tipis Fiko. Sontak hati Fika hancur, berkeping-keping, tak terhitung. Bahkan, saat itu, Fiko datang tergopoh-gopoh menuju arah Fika untuk meminta tolong bagaimana membujuk kekasihnya agar mau memaafkannya.
"Fikaa, batuin aku dong". Kata Fiko dengan suara memelas.
"Bantu apa Fik?" Jawab Fika dengan senyum manis.
"DIA lagi marah sama aku, tolong bantuin aku, ya. Biar dia mau maafin aku".
"Iya". Jawab Fika singkat dengan hati yang hancur tentunya.

---> Rumah

Fika tak tahan dengan kenyataan yang harus ia hadapi saat ini. Ia hanya bisa mengurung diri, tak mau makan, menangis dan menangis. Mungkin bisa dikatakan ini adalah tindakan yang bodoh. Dalam kehancurannya, ia menuliskan sebuah curahan atas kegundahan hatinya akibat ulah Fiko, sahabatnya. Sekaligus lelaki yang selama ini diam-diam ditaksirnya.

Dan, aku tak sengaja membaca coretan-coretan indahnya itu.

Ini dia.

aku mulai belajar dari rintikan air hujan, teriknya matahari, dan gersangnya gurun pasir. belajar mencari sititik celah hatimu, namun tak kutemukan. aku masih termenung disini, diam, tak bergeming, walau pori-pori kulitku seakan terasa mengelupas. tak kau sadarikah itu ? jelas tidak, karena hadirku tak pernah memberi sedikitpun arti dalam hidupmu. aku merasa kedekatan kita selama ini semakin jauh saat kau mengenalnya. aku tahu, hubungan kita tak lebih dari kata "SAHABAT". namun sepertinya aku merasakan lebih. dan lebih parahnya lagi ternyata kau lebih mencintainya, bukan mencintaiku. aku sangat terpukul, hancur.
ini salahmu !!! kau yang telah membawaku masuk ke dalam lembah duniamu, ke dalam hidupmu. kau yang telah membuatku sakit, dan lebih sakit lagi saat kuharus menerima kenyataan bahwa kau lebih memilihnya. oh ya, siapa aku ini ??? hanya setangkai rumput yang menginginkan menjadi sekelopak bunga mawar. aku selalu memperhatikan tiap inci gerak langkahmu, tiap sudut sisi gelapmu dan tiap detik hembus nafasmu. apakah kau menyadarinya ? mungkin tidak.
kau tak pernah beriku sedikit kesempatan untuk mengisi hatimu, bahkan untuk cemburu pun kau tak mengizinkanku. kedekatan kita yang hanya sebatas "SAHABAT" itu semakin hari semakin dekat, hingga melahirkan janin cinta yang kian hari kian dewasa. namun, justru aku merasa semakin jauh, jauh dari kata "KEKASIH". hingga akhirnya aku mulai memperlihatkan rasa tak sukaku, rasa cemburuku.
apa hakku ??? tak ada memang. namun apa salahku ??? aku hanya ingin kau tahu perasaanku. dengan tak membalas senyum yang kau tujukan padaku, aku harap kau mengerti apa yang aku rasakan. betapa hancurnya hatiku.
aku gagal dalam menarik sudut pandangmu, aku gagal dalam memahami hujan yang turun dalam hatiku, dalam tangis yang tak bisa kuungkap. dan detik ini, aku benar-benar harus menelan kenyataan pahit yang tak mungkin sanggup kusembunyikan lagi. 
bodohnya aku yang selalu menunggu kabar darimu, padahal disana kau sedang bersenang-senang bersama sahabatku, kekasih barumu. 
kau yang telah membawaku larut, larut dan hanyut dalam cintamu, namun setelah itu kau menghempaskanku, mengusirku ! ya, inilah adanya. kau telah bersamanya. dan kini, aku tengah tenggelam dalam sungai kegalauan yang aku sendiri pun tak tahu dimana ia akan bermuara. sakit, memang sakit. kini aku akan membuang jauh-jauh rasa itu, bersama kenangan-kenangan kita dulu tentunya. 
walau aku tak mungkin bersamamu, dan tak mungkin memiliki secuil cintamu, tapi aku yakin,  ini pasti yang terbaik. mungkin kita memang terlahir dan ditakdirkan hanya sebatas "SAHABAT". karena aku tahu, PERSAHABATAN lebih indah daripada CINTA. 
sahabatku, maafkan aku yang pernah memiliki rasa terlarang terhadapmu.

by : lia azzah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar